Kedaton8 Xpress Operasikan Hotel di Rest Area Km 19 Ruas Tol Japek "Juga dari sisi kemananan, karena kalo terlalu lelah, bisa berpotensi kecelakaan di jalan tol. Jadi beristirahat ini sangat penting," ujarnya. Hotel di rest area berpotensi menjadi tempat wisata baru Menparekraf menyatakan, pihaknya sangat mendukung pembangunan hotel-hotel JAKARTA, - Investor lokal dan asing menyatakan minat untuk membeli ruas tol sejumlah perusahaan Badan Usaha Milik Negara BUMN. Hal ini dialami PT Waskita Toll Road dan PT Jasa Marga Tbk JSMR. Salah satu investor yang akan membenamkan investasi di proyek jalan tol ini adalah sovereign wealth fund SWF Tanah Air, yakni Indonesia Investment Authority INA. Sekretaris Perusahaan Waskita Toll Road Alex Siwu mengatakan, saat ini pihaknya belum bisa memberikan informasi lebih lanjut mengenai divestasi ruas tol WTR ke SWF."Namun, sebagai informasi, ada beberapa investor lokal dan asing termasuk SWF yang menyampaikan minat terhadap ruas tol yang dimiliki Waskita," ujarnya kepada Kamis 22/7/2021. Namun sayang, pihaknya tidak memerinci ruas tol mana saja yang akan dijual dalam waktu dekat. Yang terang, Alex mengatakan, saat ini proses divestasinya masih berjalan. Baca juga Beli Laptop Buatan Lokal, Pemerintah Anggarkan Rp 17 Triliun Corporate Finance Group Head PT Jasa Marga Persero Tbk JSMR Eka Setya Adrianto mengatakan, perkembangan terkini divestasi ruas tol ke SWF masih dalam tahap proses."Sebenarnya, kami membuka diri untuk berbagai investor di mana INA salah satunya," jelasnya kepada saat dihubungi terpisah. Yang terang, pihak Jasa Marga telah menentukan bahwa ruas tol yang diutamakan akan didivestasi adalah yang kepemilikan Jasa Marga di atas 70 persen. "Karena kami mau maintain porsi saham di atas 51 persen," ujarnya. Namun sayang, Eka enggan menyebutkan lebih rinci mengenai ruas tol mana saja yang berpotensi besar untuk didivestasi dalam waktu dekat. "Kami tidak mau terlalu spesifik menyebutkan ruasnya karena prinsipnya kami terbuka," tegasnya. Reporter Arfyana Citra Rahayu Editor Yudho Winarto Baca juga Update Pelamar CPNS 2021 di Instansi Terfavorit dan Sepi Peminat Artikel ini telah tayang di dengan judul Investor lokal dan asing melirik ruas tol milik BUMN Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Mari bergabung di Grup Telegram " News Update", caranya klik link kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Kedua rest area yang akan dikembangkan menjadi kawasan transit antarmoda. Konsep ini bertujuan untuk mendukung kebutuhan bus-bus Trans-Jawa bisa menurunkan penumpang di rest area dan kemudian penumpang akan melanjutkan perjalanan dengan kendaraan lain yang akan mendistribusikan ke tujuan sekitar. Ketiga, rest area sebagai hub logistik.

JAKARTA — Asosiasi Jalan Tol Indonesia menyatakan bahwa masih akan ada tantangan bagi pertumbuhan industri jalan tol pada tahun ini. Namun, 2021 juga dinilai sebagai tahun peluang bagi pengembangan infrastruktur di Jenderal Asosiasi Jalan Tol Indonesia ATI Kris Ade Sudiyono mengatakan bahwa investasi jalan tol memerlukan kapital yang besar. Selain itu, tingkat pengembalian dalam investasi jalan tol memerlukan waktu yang sangat panjang."[Investasi di jalan tol] membutuhkan kepastian usaha dan tingkat pengembalian jangka panjang sebagai kunci utamanya. Bisnis yang resilience yang didukung konsistensi dari semua pihak untuk bersama-sama menjaga dan memenuhi persyaratan model bisnis dari investasi ini sangat diperlukan," katanya melalui keterangan resmi, Senin 18/1/2021.Kris berujar bahwa sebagian pembangunan jalan tol tersebut akan menggunakan skema kerja sama pemerintah dengan badan usaha KPBU sebagai sumber pendanaan. Skema tersebut telah diatur dalam Peraturan Presiden No. 38/2015 tentang KPBU dalam Penyediaan Infrastruktur."Hal ini membawa kesempatan yang besar bagi investor swasta dan badan usaha untuk terus mengembangkan portofolionya di bisnis infrastruktur jalan tol," JugaTarif JORR Naik Mulai 17 JanuariPemerintah Patok Target Investasi Migas Rp246 TriliunSelain itu, Kris menilai terbentuknya sovereign wealth fund SWF akan memberi dorongan positif untuk industri jalan pengelolaan dana tersebut akan meningkatkan minat investor asing untuk menanamkan dananya ke proyek infrastruktur nasional, termasuk jalan mendata nilai investasi akumulasi harga berlaku industri jalan tol naik 5,51 persen atau bertambah Rp38,11 triliun menjadi Rp729,54 triliun. Adapun, pada tahun lalu tidak ada investasi asing langsung foreign direct investment/DI yang masuk ke industri jalan itu, pembiayaan internasional sepanjang 2020 tercatat Rp3,54 triliun. Namun, BPJT memprognosis bahwa investasi jalan tol pada 2021 akan kembali investasi akumulasi harga berlaku jalan tol pada 2021 akan naik 21,63 persen atau bertambah sekitar Rp157 triliun menjadi Rp887,41 triliun. Sementara itu, nilai FDI akan bertambah Rp10,1 triliun menjadi Rp20 menilai keterlibatan pemerintah daerah akan menjadi tantangan bagi realisasi investasi di industri jalan tol pada tahun ini. Menurutnya, pemda memegang kunci krusial dari keberhasilan proyek infrastruktur."Pemerintah daerah adalah pihak yang mendapatkan keuntungan nilai publik paling tinggi dari keberadaan infrastruktur tersebut," ucapnya. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News Konten Premium Nikmati Konten Premium Untuk Informasi Yang Lebih Dalam Menurutnyajalan tol sebagai keniscayaan sebagai salah satu Proyek Strategis Nasional (PSN) yang diatur di Perpres Nomor 56 Tahun 2018 tentang perubahan kedua atas Perpres Nomor 3 Tahun 2016 tentang Percepatan Pelaksanaan Proyek Strategis Nasional. Oleh karena itu, jalan tol menjadi salah satu bentuk upaya penataan ruang. Chantiers Ă  venir QuĂ©bec investit 1 milliard $ dans la rĂ©fection de ponts Ă  MontrĂ©al [photo John Kakuk / Unsplash] Cette somme servira Ă  maintenir et amĂ©liorer plusieurs infrastructures routiĂšres de la rĂ©gion de MontrĂ©al au cours des 2 prochaines Saint-Pierre, dans l’arrondissement de Lachine, et les structures surĂ©levĂ©es de la route 136, font partie des principaux chantiers qui seront poursuivis dans le cadre de ce budget. L’essentiel de la somme 984 millions $ sera allouĂ© Ă  remettre les structures routiĂšres en Ă©tat. 23 millions $ seront utilisĂ©s pour entretenir des chaussĂ©es. Travaux prĂ©vus d’ici 2024 projets visant Ă  maintenir des infrastructures majeures, dont l’échangeur Saint-Pierre, qui relie la route 138 Ă  l’autoroute 20 Ă  Lachine, et les structures surĂ©levĂ©es de la route 136 l’autoroute Ville-Marie, qui dessert le centre-ville de MontrĂ©al; reconstruire le pont d’étagement de l’autoroute 520 au-dessus des rues McArthur et Hickmore et le pont d’étagement du boulevard des Galeries-d’Anjou au-dessus de l’autoroute 40; et rĂ©parer le pont d’étagement de la 1re Avenue et les murs de soutĂšnement au-dessus de l’autoroute 20, Ă  Lachine. Grands projets terminĂ©s en 2021 Les ponts d’étagement de l’autoroute 13 ont Ă©tĂ© reconstruits et rĂ©parĂ©s au-dessus de l’autoroute 40. Le pont Louis-Bisson a Ă©tĂ© refait entre MontrĂ©al et Laval au-dessus de la riviĂšre des Prairies. L’autoroute 15 en direction nord a Ă©tĂ© asphaltĂ©e de la rue Sherbrooke Ă  l’autoroute 40. Commencez vos journĂ©es avec le meilleur rĂ©sumĂ© de l’actualitĂ© Recevez par courriel chaque matin les 10 nouvelles importantes Ă  connaĂźtre, rĂ©sumĂ©es par nos journalistes. DĂšs le rĂ©veil, en moins de 5 minutes, vous saurez l’essentiel des nouvelles importantes en Ă©conomie, politique, sociĂ©tĂ©, technologie et international. Gagnez du temps abonnez-vous Votre adresse servira uniquement Ă  vous envoyer nos bulletins de nouvelles. Vous ne recevrez pas de courriels commerciaux. Vous pourrez vous dĂ©sabonner en tout temps.

Bandung- Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) Kementerian PUPR melalui Bidang Operasi dan Pemeliharan BPJT melaksanakan rapat Koordinasi Lanjutan Penyusunan Rencana Pengendalian Kendaraan ODOL di Kantor PT LEN Industri, Bandung pada 22-23 April 2021. Rapat dihadiri oleh Kepala BPJT Kementerian PUPR Danang Parikesit, Anggota BPJT Unsur Profesi

â€ș Ekonomiâ€șOptimalkan Jalan Tol dengan... Selain membangun jalan tol Trans Sumatera, PT Hutama Karya Persero juga akan mengembangkan kawasan ekonomi baru di sekitar Tol Trans Sumatera. OlehNorbertus Arya Dwiangga Martiar 3 menit baca KOMPAS/LAKSANA AGUNG SAPUTRA Presiden Joko Widodo meresmikan Jalan Tol Trans-Sumatera JTTS ruas Terbanggi Besar-Pematang Panggang-Kayu Agung, di Provinsi Lampung, Jumat 15/11/2019 siang. JAKARTA, KOMPAS –Selain membangun jalan tol Trans Sumatera, PT Hutama Karya Persero juga akan mengembangkan kawasan ekonomi baru di sekitar Tol Trans Sumatera. Setelah Bakauheni sampai Kayu Agung beroperasi, konstruksi tol Pekanbaru-Dumai sepanjang ditargetkan selesai pada Maret jalan Tol Trans Sumatera dilakukan dengan skema penugasan pemerintah kepada PT Hutama Karya Persero melalui Peraturan Presiden No 117 Tahun 2015. Melalui perpres tersebut, PT Hutama Karya Persero mendapat penugasan untuk membangun 24 ruas tol di Sumatera secara bertahap. Sekretaris Perusahaan PT Hutama Karya Persero Muhammad Fauzan, Rabu 8/1/2020, di Jakarta, mengatakan, Tol Trans Sumatera dibangun untuk mengakselerasi pertumbuhan ekonomi khususnya di wilayah Sumatera. Pada semester ini, ruas tol yang akan beroperasi adalah Pekanbaru-Dumai sepanjang 131 kilometer yang pembangunannya telah mencapai 80 persen.“Untuk Seksi 1 sendiri yaitu dari Pekanbaru-Minas sepanjang 9,5 km sudah sempat dibuka secara fungsional pada saat arus mudik Natal dan Tahun Baru dari tanggal 23 Desember sampai 2 Januari 2020, dan telah dilintasi kendaraan,” kata seksi tersebut, kata Fauzan, telah dilakukan proses uji laik fungsi oleh pemerintah pada Desember lalu. Saat ini, pihaknya masih akan menindaklanjuti hasil temuan dari uji laik fungsi. Jika sesuai rencana, konstruksi tol Pekanbaru-Dumai akan selesai pada Maret dan beroperasi selambatnya Mei penugasan tahap pertama untuk membangun 8 ruas tol, beberapa telah beroperasi, yakni Medan-Binjai, Bakauheni-Terbanggi Besar, Terbanggi Besar-Pematang-Panggang, Pematang Panggang-Kayu Agung, dan Palembang Indralaya. Total panjangnya adalah 467,6 mengatakan, keberadaan Tol Trans Sumatera akan memberikan manfaat besar bagi transportasi logistik dan mobilitas masyarakat. Dengan waktu tempuh yang semakin singkat, biaya logistik untuk produk-produk unggulan dan hasil bumi akan terdistribusi dengan pertumbuhan ekonomi kawasan dapat optimal, menurut Fauzan, maka infrastruktur jalan tol mesti diintegrasikan dengan potensi ekonomi di sekitarnya. Berdasarkan kajian internal PT Hutama Karya Persero, terdapat sekitar 84 proyek infrastruktur prioritas yang berada di sepanjang koridor Tol Trans tersebut berada di berbagai sektor, seperti energi, kawasan industri, pelabuhan, bandara, bendungan dan irigasi, sampai proyek kereta. Hal itu diharapkan akan menarik investor karena potensi ekonomi untuk pengembangan kawasan komersial maupun industri sangat besar. KOMPAS/HERU SRI KUMORO Jalan tol Trans-Sumatera dan Jalan Lintas Timur Sumatera yang langsung terhubung ke Pelabuhan Penyeberangan Bakauheni, Lampung Selatan, Minggu 19/5/2019.“Indikator penting dalam mengukur keberhasilan pengembangan Tol Trans Sumatera ini adalah akselerasi pertumbuhan ekonomi wilayah Sumatera pasca terintegrasinya infrastruktur di koridor Trans Sumatera,” ujar itu, Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Rest Area Indonesia Aprestindo Widie Wahyu mengatakan, semakin panjang jalan tol, maka jumlah tempat istirahat dan pelayanan TIP atau rest area akan semakin banyak. Hingga akhir 2020, total jumlah TIP akan mencapai 114 dengan rencana pemerintah untuk membuat TIP dengan konsep tertentu, yakni sebagai hub logistik, terminal antar moda, serta sebagai destinasi, menurut Widie, hal itu positif. Namun demikian, pengembangan tersebut memerlukan lahan yang lebih luas yang mungkin tidak mudah didapat di Widie, pihaknya mengusulkan agar penggunaan kata usaha mikro, kecil, dan menengah UMKM bagi pelaku usaha yang dapat berusaha di TIP diganti menjadi merek lokal. Sebab, jika menggunakan UMKM, maka pelaku usaha yang masuk umumnya pedagang dengan barang dagangan yang seragam, seperti air minum dan mie instan. Adapun regulasi mengenai TIP menyebutkan, paling sedikit 30 persen kawasan komersial di TIP dialokasikan bagi UMKM dan Koperasi.“Misalnya setelah ada jalan tol, rumah makan merek lokal di sepanjang jalan arteri menjadi mati. Padahal mereka sebenarnya dapat masuk ke TIP. Yang penting mereknya kuat sehingga mereka dapat menyesuaikan diri di TIP. Dan sudah ada contohnya,” kata Widie. EditorMukhamad Kurniawan
Kalaudi beberapa negara denda (oknum yang melanggar sistem MLFF) bisa 20-30 kali lipat dari tarif tolnya," kata Resdiansyah. Menurut data Badan Pengelola Jalan Tol (BPJT) Kementerian Pekerjaan
â€ș Ekonomiâ€șPeluang Bisnis di Sepanjang... Konsep pembangunan jalan tol berikut pengembangan kawasan bisa jadi alternatif pengusahaan jalan tol. Investasi jalan tol dinilai akan lebih menguntungkan jika dibarengi dengan pengembangan kawasan sekitarnya. OlehNorbertus Arya Dwiangga Martiar 4 menit baca KOMPAS/HERU SRI KUMORO Foto udara Jalan Tol Trans-Sumatera dan jalan lintas timur Sumatera yang langsung terhubung ke Pelabuhan Penyeberangan Bakauheni, Lampung Selatan, Minggu 19/5/2019. Kawasan itu menjadi gerbang utama masuknya kendaraan dari Pulau Jawa ke Pulau KOMPAS — Konsep pembangunan jalan tol bersama pengembangan kawasan bisa menjadi alternatif pengusahaan jalan tol yang menarik minat badan usaha. Namun, sampai saat ini kemungkinan pengembangan bisnis terkait jalan tol yang bernilai tambah baru untuk tempat istirahat dan Badan Pengatur Jalan Tol BPJT Danang Parikesit, di Jakarta, akhir pekan lalu, mengatakan, saat ini industri jalan tol menghadapi tantangan, yakni pemain jalan tol yang belum banyak serta sumber pembiayaan yang terbatas. Padahal, untuk lima tahun ke depan, pemerintah menargetkan akan membangun kilometer jalan tol baru dengan kebutuhan investasi Rp 375 triliun sampai Rp 425 triliun serta biaya pembebasan lahan sampai Rp 100 triliun. ”Kita bekerja pada lingkungan bisnis yang tidak berkembang. Meski ada pemain-pemain baru, jumlahnya tidak besar. Demikian soal pembiayaan, selama lima tahun lalu dana yang bisa disediakan dari bank Himbara untuk jalan tol rata-rata Rp 70 triliun per tahun, tidak bisa lebih dari itu,” ujar karena itu, lanjutnya, pemerintah berharap agar semakin banyak swasta yang masuk atau berinvestasi di jalan tol. Meski jumlahnya sedikit, beberapa pemain baru yang masuk di bisnis jalan tol ada yang bergerak di sektor properti dan sektor ARYA DWIANGGA MARTIAR Kepala Badan Pengatur Jalan Tol Danang ParikesitDi sisi lain, pembangunan jalan tol terkait erat dengan pengembangan kawasan di sekitar koridor jalan tol. Badan usaha jalan tol telah melihat bahwa berinvestasi membangun jalan tol akan lebih menguntungkan jika dibarengi dengan pengembangan kawasan di itu tampak dari usulan perubahan skema penugasan pemerintah ke PT Hutama Karya Persero yang semula hanya membangun Jalan Tol Trans-Sumatera menjadi penugasan pengembangan kawasan ekonomi baru. Contoh lain, badan usaha jalan tol di ruas Semarang-Demak juga mengajukan proposal pengelolaan lahan di sisi jalan yang akan terbebas dari rob karena tol tersebut sekaligus berfungsi sebagai tanggul laut.”Jadi, jalan tol adalah tulangnya, sementara pengembangan kawasan di sepanjang koridor adalah dagingnya,” ujar demikian, menurut Danang, skema pembangunan jalan tol yang digabung dengan pengembangan kawasan di sekitar tol masih belum dapat dilakukan. Sebab, regulasi yang ada belum memungkinkannya. Meski begitu, pengelola tol tetap dimungkinkan mendapat nilai tambah lain dari bisnis jalan tol dengan mengembangkan tempat istirahat dan pelayanan TIP.Oleh karena itu, pemerintah akan merevisi Peraturan Menteri PUPR Nomor 10/2018 tentang Tempat Istirahat dan Pelayanan pada Jalan Tol agar dapat mengakomodasi pengembangan TIP. Menurut rencana, ke depan, TIP dapat dikembangkan untuk tujuan khusus, yakni sebagai tempat destinasi, fasilitas transit antarmoda angkutan penumpang, dan hub contoh, pengelola ruas Tol Cibitung-Cilincing yang masih tahap konstruksi akan menyiapkan fasilitas bongkar muat kontainer di TIP yang ada di ruas tersebut. Kegiatan bongkar muat dilakukan di luar pelabuhan diharapkan memperlancar arus barang di pelabuhan. Luas yang dibutuhkan untuk TIP berkonsep hub logistik tersebut mencapai 20 ini, kata Danang, draf revisi peraturan mengenai TIP berkonsep khusus tersebut telah selesai dan kemungkinan akan terbit pada triwulan I-2020. Saat ini, sudah banyak badan usaha jalan tol yang menunggu regulasi Jenderal Asosiasi Jalan Tol Indonesia yang juga CEO Group Bisnis Jalan Tol Astra Infra Kris Ade Sudiyono memiliki pandangan berbeda. Menurut dia, konsep penggabungan pembangunan jalan tol dengan pengembangan kawasan mudah dibicarakan, tetapi tidak mudah dihitung nilai pengembalian investasinya.”Rasanya orang mengusulkan proyek tambahan itu ketika dia merasa proyeknya akan rugi. Tetapi, kalau kedua proyek itu sama-sama menguntungkan, tentu akan independen atau berdiri sendiri-sendiri,” kata Kris RADITYA MAHENDRA YASA Jalan tol ruas Salatiga-Boyolali yang dibuka selama libur Natal dan Tahun Baru dengan latar belakang Gunung Merbabu di Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, Jumat 28/12/2018.Sebagai pelaku industri jalan tol, ujar Kris Ade, pihaknya secara bertahap juga akan mengembangkan TIP yang akan memiliki fungsi lain, yakni sebagai destinasi. Satu TIP yang dikembangkan berada di ruas Semarang-Solo. Ke depan, pihaknya akan mengembangkan TIP serupa di ruas-ruas lain, seperti di Tangerang-Merak dan ruas itu, Direktur Jenderal Perhubungan Darat Kementerian Perhubungan Budi Setiyadi mengatakan, tersambungnya jalan tol seperti Trans-Jawa mendorong penyedia jasa angkutan penumpang untuk menambah trayek layanannya. Selain itu, mereka juga berinvestasi dengan menambah jalan tol mendorong penyedia jasa angkutan penumpang menambah dengan itu, kata Budi, pihaknya telah mengusulkan kepada Kementerian PUPR untuk memfungsikan TIP, salah satunya untuk transit antarmoda. Menurut dia, tidak semua TIP perlu difungsikan sebagai tempat transit antarmoda. Untuk sepanjang Trans-Jawa mungkin hanya diperlukan 3-4 TIP yang difungsikan sebagai terminal.”Ini satu peluang semisal ada bus Trans-Jawa, lalu simpulnya di mana? Mestinya ada di TIP. Kementerian PUPR akan mengakomodasi hal ini,” kata menyebutkan, Menteri PUPR telah menetapkan kenaikan tarif untuk ruas Jagorawi melalui Keputusan Menteri PUPR No 1175/2019. Tarif untuk kendaraan golongan I akan naik dari Rp menjadi Rp golongan II dan III menjadi Rp serta golongan IV dan V menjadi Rp Menurut rencana, tarif baru tersebut akan diberlakukan mulai 19 Desember juga Jaga Kecepatan di Tol Layang EditorMukhamad Kurniawan
Adapuntipe jalan tol yaitu dua-lajur dua-arah tak terbagi (2/2 UD), empat-lajur dua-arah terbagi (4/2 D) dan jalan tol terbagi dengan lebih dari empat lajur. Jalan bebas hambatan yang dikenal dengan jalan tol memiliki beberapa kelebihan dibandingkan jalan biasa/jalan non-tol. Beberapa kelebihan ini meliputi: 1. Berkurangnya waktu tempuh jika
ArticlePDF AvailableAbstractPT Jalan Tol Perkasa PT JTP is one of the strategic units of the PT. Jasa Marga Persero, Tbk. JSMR which operates in the field of toll road development and maintenance. With the Covid19 pandemic, JTP needs to formulate the appropriate business strategy so that it can be implemented in order to achieve the business revenue and profit targets for the 2020-2022 period. This research is an applied research that uses a business strategy formulation framework from David David 2016. Through this framework, the quality of JTP's strategic response to potential opportunities and threats from the external environment is evaluated through the External Factors Evaluation EFE matrix, while JTP's strengths and weaknesses are evaluated through the Internal Factors Evaluation IFE matrix. The development of alternative strategies is carried out using two matrices an internal-external matrix IE and a SWOT matrix Strength, Weakness, Opportunity, Threat. From the IE matrix, it is known that JTP is in a position to hold and maintain, where the alternative business strategies that should be taken are market penetration and product development. From the SWOT matrix, three strategies can be implemented obtaining maintenance work on all Jasa Marga Group and Non Jasa Marga toll roads, implementing Performance Based Maintenance Contracts PBMC with long-term contracts, and innovating maintenance products. Finally, the priority strategy that will soon be implemented is determined using the Quantitative Strategic Planning Matrix QSPM matrix. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for freeContent may be subject to copyright. A preview of the PDF is not available ResearchGate has not been able to resolve any citations for this publication. Estie SerfonteinKrishna K. GovenderBackground Worldwide, the aviation industry facilitates the efficient movement of passengers and goods across borders to support economic access to various local, regional and international markets. As an indirect stimulus for other economies, the aviation industry is known for distinct economic competitiveness, low profit margins and vulnerability to macro-environment fluctuations. Although many studies have focused specifically on scheduled airline’s operations, this study of commercial flight operations in South Africa encompasses both airline operations and charter/on-demand operations. Objectives The key research objective was to critically review stakeholders’ perceptions on the macro-environment’s influences on the flight operations subsector of South African aviation industry. Method As research methodology to explore manifest and latent meaning in dialogue, qualitative content analysis was employed in this study. Data were collected through interviews with the stakeholders of South African aviation industry and analysed using qualitative content analysis. Results This study revealed stakeholders’ views on the effects of political, economic, sociocultural, technological, legal and ecological PESTLE framework embedded in the macro-environment of commercial flight operations in South Africa. Conclusion Although the macro-environment is uncontrollable by the industry, each of the PESTLE framework’s dimensions presents challenges as well as growth opportunities. Continuous monitoring and a comprehensive understanding of the probable impacts of the macro-environment are necessary to remain competitive. Sushmita SinghShashi SrivastavaThe paper aims to analyze handloom sector using PESTEL Analysis as a tool. The industry has been facing lot of issues since long despite of numerous Government interventions. The handloom industry has kept itself relevant by contributing to the GDP and employment generation in the country. The paper is conceptual in nature and is divided into four major parts introduction about handloom industry, the research gap followed by PESTEL analysis, and Findings. All the factor namely Political, Economic, Technological, Social, Environmental and Legal which together constitute PESTEL Analysis are assessed and analyzed. The paper infers that handloom sector gets strong Political, Legal, Environmental and Economic support. Social and Technological factors have reported to be detrimental in growth of this sector. Advancement of Power looms are a major threat as they in form of technological up gradation give a dent in the growth of handlooms. Socio economic status of the handloom weavers is poor due to various issues such as poor working conditions, low wages, health hazards etc. For long term sustainability these detrimental factors have to be looked into by the Government. Key words Government interventions, Government Policy, Handloom sector, Pestle analysis , Strategic ManagementThe aim of this article is to investigate the relationship between firm®s purpose profit, shareholder value or service to society and the formulation of its mission and vision. The article is based on quantitative research in the form of questionnaires distributed among 200 companies. To verify the above relationship, six hypotheses were put forward. They were verified with the test of good fit and the T-test. We found statistically significant differences between the perception of firm®s purpose and revenues of firms, and formulation of their mission and vision. On the other hand, no statistically significant differences were noticed between concrete mission interpretation and firm®s purpose. It was revealed that most of enterprises perceive their purpose as profit 61%. The purpose of enterprise in the form of profit-making negatively influences firm®s formulation of mission. Out of the total number of enterprises without mission in written form, 74% of them are oriented toward profit-making. Mission is formulated by 67% of enterprises. Of these, the most frequent formulation of mission is similar to goals and strategy 36% and what firms do 34%. Of the total number of companies 200 only of them have the mission that reflects the company's reason being. More than half of enterprises 54% formulated their mission and vision, but 27% of them exist without it. The absence of vision very often leads to reluctance to formulate firm®s mission. Out of the total number of enterprises without formulated mission 82% of them are without written formulation of vision. Based on our research it can be stated that third of the surveyed enterprises did not formulate their mission and 40 % of companies did not formulate their vision. JEL classification M21, L21. Charis M. VladosPurpose The purpose of this paper is to counter-propose a new approach of SWOT analysis, which can be used in the strategic planning of the contemporary organizations. Design/methodology/approach This paper, after presenting the conceptual context of the existing conventional SWOT analysis, presents the existing criticism within the international literature. Then, it articulates gradually the new evolutionary and correlative SWOT analysis, by using the approaches and the literature of evolutionary economics, and the approach in business dynamics. In conclusion, it presents the new conceptual framework on which a new correlative SWOT analysis can be based. Findings Main finding of this research is that the interpretation of the conventional SWOT analysis tends to study the strengths and the weaknesses of the business with an analytical dichotomy. The conventional SWOT analysis conceptualizes, usually implicitly, the opportunities and threats of the external environment as having the same impact to all the socioeconomic agents, without exception. However, by using a correlative interpretation of SWOT analysis, we understand that the opportunities and threats are always “potential,” depending on the organization’s strategic capability to exercise its comparative strengths and weaknesses. Originality/value In the existing literature of SWOT analysis, despite the growing criticism, there is no critique that can give systemic and correlative answers to the articulation of business strategy in SWOT terms. The approach, also, is a conceptual framework to study the evolutionary adaptation of all the kinds of socioeconomic agriculture should meet new increasing internal and contextual challenges. For example, the reform of the Common Agricultural Policy in 2003 introduced the cross-compliance, among other novelties, as compulsory for farmers. To better meet this and other requirements, Member States had to set up the so-called Farm Advisory System, operational across the European Union in 2007. From a sample of actors involved in the provision of farm advisory services in the region of Valencia Spain, the present study aimed to identify the most appropriate strategies to implement such services. SWOT method has been applied to examine the internal and external environment. Based on this diagnosis, dominance of strengths and opportunities resulted in a set of four prioritised main aggressive’ strategies using SPACE and QSPM methods, which in turn may help public decision makers and advisers in a more effective implementation of advisory Hermawan Karsaman Widyarini WeningtyasIn line with Indonesian Government policy to develop toll road network extensively, the operation of existing toll road need to be improved to ensure a safety, smooth and efficient of toll traffic flow. One of its aspect related to toll operation and service system applied. Minimum service standard MSS are some parameters that adopted to measure the performance of toll road and consists of road condition, average traffic speed, accessibility, mobility, safety and support unit/emergency or accident response. To enhance the toll road service in Indonesia, the MSS need to be revised. The revision including improvement of values of indicators and their measurement methods as well as add some new substances and indicators. Expectation of increasing this MSS are to increase the quality and level of service of the toll roads, both in safety and comfort given to the user as well as consider the effect of the toll road to the environments surrounding. This paper describe the aspects that was considered in improving the MSS, both the parameters and its measurements, including their standard and references. Finally, the revision draft of MSS that proposed to be adopted by Ministry of Public Work is also presented. Marilyn M. HelmsJudy NixonPurpose The purpose of this study is to examine the use of the strategic management tool, Strengths‐Weaknesses‐Opportunities‐Threats or SWOT analysis, and to assess how the methodology has been used as well as changes to the methodology. The findings both for and against SWOT analysis should lead to a balanced view of the technique as well as yield ideas for needed theory building. Design/methodology/approach Using the ABInform Global database, academic peer‐reviewed articles were compiled indicating SWOT as one of the article's key index and search words. Findings The use of SWOT analysis continues to permeate the academic peer‐reviewed literature. Research supports SWOT analysis as a tool for planning purposes. Over the past decade, SWOT research has focused on analyzing organizations for recommended strategic actions. As a methodology for strategic positioning, SWOT analysis has been extended beyond companies to countries and industries and is used in virtually every published business case positioned for business student analysis. Additional use of SWOT is as teaching tools by consultants, trainers and educators. This paper provides a summary of the research studies and suggests paths for future research. Research limitations/implications This paper is limited to analyzing reports found in a selection of academic peer‐reviewed business journals. However, research implications for applying SWOT analysis provides a broad spectrum of industry analysis in North America, Europe, and Asia. Additional limitations are the need to link SWOT analysis to other strategic tools and methodologies for further theory building, since past research continues to lack quantifiable findings on the success of the SWOT analysis. Practical implications A fresh view of new directions and implementations for SWOT analysis, as well as other strategic planning tools that can be combined with SWOT, provides guidance for practitioners and policy makers alike. Originality/value The article adds value to the existing literature as the first summary of SWOT research indicating its uses and limitations. Support of its usage and place in the strategic literature is validated. The SWOT methodology is pervasive, in large part, due to its simplicity. In addition, the use of SWOT as a proven developmental, results‐oriented strategic planning tool is also extended, although further research leading to theory building is warranted and urban development is a new concept of fundamental environmental metropolitan management that not only creates the demand for changing the concepts of economic development, but also affects social development. The current study provides a conceptual model of a sustainable environment pattern In District 22 of Tehran that depends on the relationship between environment and economy, and a network of urban function, which Included transport infrastructure and community centers and economic and regional level in support of the ecological services in Tehran. This landscape often had discrepancies with the development of the city between the layers and the creation of ecological fragile areas. The main objective of the study was to determine the sustainability indicators and create a future development model for District 22 of Tehran. The data was collected by having a review of similar studies and field research on the subject and therefore the effective factors were identified. After accomplished proceedings, the questionnaire was prepared and the results were used in SWOT charts' grading after analyzing at interior and exterior matrix. Ultimately, quantitative strategic planning matrix QSPM was performed based on the results and analysis. This process provided a comprehensive model for sustainable urban development as sustainable development urban landscape pattern.
Karenabiasanya, ketika sedang berada di jalan tol, untuk menuju sebuah hotel membutuhkan jarak yang cukup jauh. "Pembangunan hotel di rest area sudah sangat lazim dilakukan oleh berbagai negara. Biasanya disebut dengan motel (motorists hotel), semacam tempat penginapan untuk melayani pelanggan transit," ujar Sandiaga Uno.
Sementarauntuk jalan tol di daerah perkotaan harus melalui pertimbangan dan kajian terlebih dahulu. "Jalan tol dapat dilalui oleh sepeda motor, tetapi bukan berarti harus. Banyak hal yang perlu dipertimbangkan, salah satunya adalah jalan tol adalah bebas hambatan yang kanan kirinya bebas dari pemukiman, terjangan angin pun pasti besar 4u9Z1.
  • zuoe11p0jz.pages.dev/299
  • zuoe11p0jz.pages.dev/382
  • zuoe11p0jz.pages.dev/180
  • zuoe11p0jz.pages.dev/117
  • zuoe11p0jz.pages.dev/275
  • zuoe11p0jz.pages.dev/345
  • zuoe11p0jz.pages.dev/107
  • zuoe11p0jz.pages.dev/412
  • jalan tol berpotensi mengembangkan industri karena